Tuesday, September 18, 2012

To the one who walking in the rain with me "Thank’ you"


Assalamu Alaikum Wr.Wb


Okey readers, author cerita dibawah ini adalah hasil karya seorang sahabat yang merupakan salah satu pengalaman hidupnya. Tidak usah berlama-lama, langsung saja. Check it out!!!


Sesuatu hal yang entah mengapa membuatku terus berpijar pada detik itu. Kuingin Katakan semuanya. Semua yang ku tulis, ku isyaratkan bahkan sesuatu yang selama ini ku pendam.
Selama Aku bisa mengatakannya ku ingin katakan semua
Tapi ku tak ingin perubahan
Karna ku suka keadaan ini
Kusuka tetesan-tetesan hujan yang jatuh
Percikan genang air yang murni
Dan hadirmu di samping ku.
Ketakutanku Adalah perubahan mu
Kesedihanku adalah kepergianmu
Tapi Kupastikan keraguanku,kegundahanku yang tak beralasan.
Karna kau pasti kan disini untukku.


           Pertigaan Tallo Mandai Terhenti tiga Angkot Menunggu Langkah Kaki Penumpang Menghampiri. Samar-samar terlihat seseorang bercelana abu-abu melangkah pasti keluar dari  salah satu angkot. Sekarang terlihat jelas laki-laki itu memakai kemeja ungu kotak-kotak dan celana abu-abu khas salah satu seragam SMA yg tergolong elit di Makassar…dia berlari menerobos gerimis yang jatuh tanpa henti. Menghampiri salah satu angkot yang mengarah   kearah berlainan dari angkot yang baru ia naiki tadi.
“MANDAI???” ia tampak bertanya pada gadis yg tepat duduk di depan pintu angkot
“hmm..?” gadis itu tampak bingung apa laki-laki itu benar bertanya padanya
“MANDAI??” Laki-laki itu lanjut bertanya pada sopir yg seharusnya memang jadi tempat bertanyanya..
Dengan cepat Laki-laki itu membuka pintu depan dan masuk ke angkot agar tak benar-benar basah karna gerimis itu.

Sepanjang Jalan Tak Ada yang terjadi, laki-laki tadi hanya sesekali membolak-balik halaman buku “GUYONAN KORUPTOR” yang Ia baca. Sedang gadis tadi hanya Melihat-lihat Tetesan gerimis di jendela angkot. Perjalanan mereka memang cukup panjang ditambah dengan kemacetan akibat ada perbaikan jalan.
Satu persatu penumpang turun di pinggiran jalan, menyisahkan hanya laki-laki itu dan gadis itu.
Tak lama kemudian laki-laki itu menoleh kebelakang mungkin hanya hendak memastikan jumlah penumpang yang masih tersisa.

Dan satu hal yang ia tahu bahwa gadis yang tadi tidak menjawab pertanyaanya teryata masih ada diangkot itu dan teryata ia juga memakai rok abu-abu,.
Kemacetan Semakin Parah dan gerimis pun semakin bergemuruh deras…dengan keheningan angkot sesekali gadis itu melihat kepala laki-laki itu yg terkadang bergerak kekiri dan kekanan seperti tak terkontrol.
“Pasti dia ketiduran,,cepe’ dech!!”gerutu sang gadis dalam hati
Tak Lama Kemudian terdengar suara Pelan dibalik hujan deras..” kiri!” Tanda Angkot Itu harus menurunkan penumpang
JEEEJJTTTTT….Sopir mengerem angkotnya, Sontak laki-laki tadi langsung terbangun.
“ini pak uangnya” kata gadis itu
“hah! PURI JELITA”,,ini pak!” lanjut laki-laki tadi yang ternyata turun di tempat yang sama
Gadis itu berlari dengan cepat menembus hujan yang deras, sambil berharap ayahnya cepat menjemputnya.

Sesekali kedua anak itu saling mendahului…
Gadis itu terus berlari..tapi laki-laki itu pun juga terus berlari. Terkadang gadis itu mendahuluinya tapi terkadang laki-laki itu menyusul kembali dari belakang. Mereka seakan seperti pembalap yang saling mendahului.
Tapi kemudian laki-laki itu merasa tak tersusul lagi oleh gadis itu
“MANA DIA???” gumamnya heran ketika tidak melihat gadis itu menyusulnya
Laki-laki itu pun menoleh,,, Dengan Senyum lebar gadis itu tersenyum seakan ingin memberi tahu bahwa ia sangat lelah dan telah benar-benar basah sekarang…Tanpa di duga laki-laki tadi juga tersenyum layaknya teman lama yang sedang bermain hujan-hujanan bersama teman baiknya.
Laki-laki itu pun membuka jemper putihnya yang ia pakai tanpa ia kancing tadi, sembari menghampiri gadis yg tertinggal dibelakangnya.
“hhhaaa, basah ya!” Teriaknya
“hhmmm” gadis itu hanya bergumam
“ini pakai,,,jadiin payung aja…!”sarannya dari jauh
“ngak usah” jawab gadis tadi singkat dan jelas (ekspresi menolak)
Laki-Laki Tadi Langsung melemparkan jaketnya dan berlari Sekuat Mungkin. Tanpa Ada Pilihan gadis itu harus memakai jaketnya karna tidak sopan kalau hanya meninggalkannya di jalanan.
“Hei..Hei!!”teriak gadis itu tapi tak dihiraukan oleh laki-laki itu
Sedangkan Laki-laki Tadi terus berlari dan berfikir






*To be continued

Sekilas Tentang Penulis (By Me)

Suci Ramdani Fitri, lahir pada tanggal 3 februari 1995 silam. Akrab dipanggil Suci. Anak bungsu dari dua bersaudara. Lahir dan besar di kalimantan, lalu berhijrah ke makassar pada pertengahan 2009 lalu. Doi melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 4 Makassar dan sekarang sedang menjalani kuliah di Universitas Negeri Makassar. Ketika SMP, doi pernah duduk di kelas akselerasi di SMPN 1 Sengata (Kalimantan Timur). Tak heran bila umurnya tergolong lebih muda dibanding teman-teman sekelasnya di ICP Of Biology Education. Meski demikian, tak bisa dinafikan bahwa doi juga merupakan salah satu mahasiswa yang unggul di berbagai bidang, bukan hanya akademik tapi juga dalam hal jurnalistik. Untuk itu, doi dan owner blog berencana untuk bergabung di salah satu biro HIMABIO UNM yang bergerak dalam bidang jurnalistik, yaitu LPM BIOma FMIPA UNM. Keep pray ya my beloved readers ;) Semoga ane dan sohib ane diterima. Hahahaa.


Sekian.
Wassalam

Friday, September 7, 2012

Renungkan!





Kita semua suka menatap bulan dan bintang, bukan? Menyadari, hei, apa yang akan kita lihat di langit malam kalau tidak ada dua benda ini?

Kita semua juga suka menatap hujan, bukan? Menghela nafas, bertanya dalam hati, berapakah jumlah tetes air yang turun? Kalau jumlah tetes hujan yang sepele ini saja kita tidak tahu, kenapa manusia selalu saja merasa congkak.
Kita juga suka menatap lautan, bukan? Menangguk takjim, teringatt petuah lama, lihatlah lautan terbentang luas, lemparkan sekantong tinta hitam, maka dengan lapangnya lautan, tinta hitam itu tidak berasa. Berbeda sekali dengan hati kita, yang setetes kesedihan saja, sudah membuat gelap seluruh hati.

Kita semua suka menatap sungai, bukan? Menggaruk kepala, berpikir, jika kita meletakkan sebuah perahu plastik yang kokoh, berapa ribu kilometer dia akan berpetualang mengelilingi dunia? Melihat banyak hal, bertemu banyak hal? Lantas, apakah kita tidak bergerak juga untuk pergi melihat dunia?

Kita juga suka menatap pegunungan, kabut menyelimuti hutan? Sambil merapatkan jaket, berpikirlah, lihatlah, pasak-pasak bumi sedang bekerja. Tanpa pegunungan, kulit bumi hanya lempeng yg terus berputar tidak terkendali.

Kita semua suka melihat hal tersebut, bukan? Maka terimakasih Tuhan atas segala hal menakjubkan yang telah Engkau ciptakan. Termasuk menatap pagi ini. Cahaya matahari pertama membasuh bumi, gemerlap dipantulkan kaca kendaraan, gedung, atau embun di rerumputan. Wajah-wajah semangat melintas, memulai aktivitas. Terimakasih, Tuhan.

-Tere Liye-